Selama era kediktatoran Miguel Primo de Rivera dan terutama Francisco Franco (1939—1975), semua budaya regional ditekan. Semua bahasa daerah yang dipakai di wilayah Spanyol, kecuali bahasa Spanyol (Castilla), secara resmi dilarang.[84][85] Simbolisasi keinginan rakyat untuk kebebasan Catalunya membuat Barcelona menjadi "lebih dari sekadar klub sepak bola" (més que un club) untuk masyarakat Catalan. Menurut Manuel Vázquez Montalbán, cara terbaik untuk orang Catalan untuk menunjukkan identitas mereka adalah dengan bergabung dengan Barcelona. Hal ini lebih kecil risikonya daripada bergabung dengan gerakan anti-Franco, dan memungkinkan mereka untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka.[86]
Di sisi lain, Real Madrid secara luas dilihat sebagai perwujudan dari sentralisme berdaulat dan rezim fasis di tingkat manajemen dan di bawahnya. Santiago Bernabeu yang menjadi presiden klub merupakan seorang pejuang untuk los nacionales.[87][88] Namun, selama Perang Saudara Spanyol, anggota kedua klub seperti Josep Sunyol (Barcelona) dan Rafael Sánchez Guerra (Real Madrid) menyerah di tangan para pendukung Franco.
Selama tahun 1950, persaingan tersebut memburuk saat ada kontroversi seputar transfer Alfredo Di Stéfano, yang akhirnya bermain untuk Real Madrid dan merupakan kunci kesuksesan mereka berikutnya.[89] Pada era 1960-an, kedua klub kemudian bertemu pada Piala Champions lebih dari dua kali[90] dan pada tahun 2002, pertemuan antara klub Eropa dijuluki sebagai "Pertandingan Abad Ini" oleh media Spanyol, dan disaksikan oleh lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia.[91]
No comments:
Post a Comment